Manado, Fokuslinenews.com — Dunia jurnalistik di Sulawesi Utara kembali tercoreng oleh aksi represif terhadap insan pers. Kali ini, insiden mengejutkan hampir merenggut nyawa seorang wartawan senior, Jack Latjandu (65), saat menjalankan tugas peliputan di Pasar Bersehati, Manado, Jumat pagi (20/6), sekitar pukul 07.00 WITA.
Jack, jurnalis kawakan dari Stasiun Televisi Swasta Nasional SCTV yang dikenal sebagai reporter desk Polda dan Kejati Sulut, nyaris putus napas setelah dikejar oleh tiga petugas portal PD Pasar Manado. Ia terpaksa berlari tunggang-langgang ke arah Kalimas demi menyelamatkan diri, hanya karena sedang mengambil gambar situasi pasar dan harga kebutuhan pokok.
“Saya sempat berpikir mau loncat ke Kalimas. Mereka kejar saya seperti saya ini penjahat. Padahal saya cuma ambil gambar pasar,” ujar Jack dengan suara bergetar, mengingat insiden mencekam yang nyaris merenggut nyawanya. Yang lebih mengkhawatirkan, Jack baru saja keluar dari rumah sakit karena gangguan jantung.
Menurut pengakuannya, tindakan intimidatif dari petugas PD Pasar bukanlah yang pertama. “Sebelumnya saya pernah ditahan di dalam pasar, mereka ambil foto ID card saya, katanya mau tunjukkan ke Dirut Lucky Senduk. Tapi kali ini, saya nyaris mati,” tutur Jack, yang juga dikenal sebagai mantan atlet tinju PON X.
Jack menambahkan, selain trauma psikologis, ia juga khawatir kehilangan alat kerja kantor berupa kamera profesional yang dibawanya. “Saya hanya menjalankan tugas jurnalistik. Tidak mengganggu siapa pun. Tapi perlakuan mereka sudah melewati batas. Ini ancaman nyata,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi atau tanggapan resmi dari pihak PD Pasar Manado maupun Direktur Utama PD Pasar, Lucky Senduk. Diamnya institusi ini hanya memperparah kesan sewenang-wenang terhadap insan pers.
Insiden ini mendapat sorotan tajam dari kalangan media. Para pegiat kebebasan pers menilai kasus ini adalah cermin buram perlakuan terhadap jurnalis di ruang publik, khususnya di area pasar yang seharusnya terbuka dan transparan untuk akses informasi.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Utara diharapkan segera turun tangan untuk menyelidiki kasus ini dan mendesak pertanggungjawaban dari pihak terkait. Jaminan keselamatan dan perlindungan hukum terhadap jurnalis harus ditegakkan tanpa kompromi.
Kebebasan pers adalah pilar demokrasi. Jika jurnalis dikejar seperti penjahat saat bertugas, maka yang terancam bukan hanya nyawa wartawan, tetapi juga hak publik atas informasi. Saatnya seluruh elemen pers bersatu melawan segala bentuk intimidasi.
Cheny
0 comentários:
Posting Komentar